Sabtu, 02 Juni 2012

skripsi penerapan konsruktivisme melalui utor sebaya


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat mencantumkan bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya salah satunya adalah meningkatkan kualitas pendidikan lewat pembaruan-pembaruan model pembelajaran. Model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih efektif dan sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di masarakat saat ini.
Kurikulum mata pelajaran matematika yang dikembangkan oleh departemen pendidikan nasional sekarang ini dapat deisesuaikan berdasarkan keanekaragaman kondisi dan kebutuhan yang berkaitan dengan potensi siswa maupun potensi lingkungan. Hal ini memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan inovasi terhadapa pendekatan,model,metode maupun tekhnik mengajar. Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan tersebut harus dapat membangkitkan semangat belajar, dan motivasi belajar siswa, selain itu juga harus mampu membuat siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar menagajar (wirodipromo,2004).
1
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktifisme diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif baik mental maupun fisik dalam mengikuti pembelajaran matematika di kelas khususnya materi pokok segitiga,sehingga dominasi guru dalam proses pembelajaran dapat diminimalisasi, dalam arti guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, namun sebagai fasilitator maupun mediator dalam proses belajar mengajar.
Untuk itu dalam upaya memecahkan permasalahan tersebut dapat dicari suatu solusi untuk meningktakan aktifitas dan prestasi belajar siswa kelas VII B SMPN 13 kota Bima materi pokok segitiga, dengan menerapkan pendekatan kontruktivis, hal ini didasarkan pada karakteristik materi segitiga yang kajiannya bersifat abstrak namun banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan kontruktivis, serta kurikulum yang berlaku adalah KTSP dimana KTSP yang dikembangkan mengarah kepada kontruktivisme.
Berdasarkan hasil observasi di SMPN 13 Kota Bima, guru-guru yang mengajar dibidang studi matematika telah banyak menerapkan metode dan pendekatan pengajaran, mulai dari metode ceramah, latihan, ekspositori dan demonstrasi. Begitu juga hanya dengan berbagai macam pendekatan seperti pendekatan induktif, deduktif, spiral, dan pendekatan keterampilan proses. Namun pelajaran matematika tetap menjadi pelajaran yang membosankan, karena aktivitas yang hanya duduk, mendengar, mengerjakan soal dan menulis apa yang dijelaskan guru. 
Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas VII B tentunya dipengaruhi oleh banyak factor. Diantaranya factor siswa yang mengalami masalah secara parsial dalam matematika, hal ini dipengaruhi oleh factor internal siswa seperti kesiapan siswa, minat,motifasi,intelejensi, kemapuan eksternal seperti model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.
Salah satu pemikirian untuk menangani persoalan tersebut adalah pandangan teori,psikologi koognitif yaitu kontruktivisme. Teori ini berpandang bahwa pengetahuan anak/siswa sangat berdampak pada proses pembelajaran.teori ini juga mengatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi yang kompleks mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Proses belajar akan lebih baik jika merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai dan proses belajar akan lebih baik jika para siswa mengkontruksi sendri representasi dari apa yang dipelajari tersebut, karena akan lebih mudah menemukan sendiri konsep yang terkandung dalam representasinya tersebut.
Dengan demikian, mendorong peneliti melakukan penelitian tentang penerapan pendekatan kontruktivisme dalam meningkatkan aktifitas dan prestasi siswa pada materi pokok segitiga kelas VII B SMPN 13 kota bima tahun pelajaran 2011/2012.

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: Apakah pendekatan kontruktivisme melalui tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII B SMPN 13 Kota Bima pada materi pokok segitiga tahun peajaran 2011/2012?

C.      Tujuan penelitian
Adapaun tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :Dengan penerapan pendekatan kontruktivisme melalui tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII B SMPN 13 Kota BIma pada materi pokok segitiga tahun peljaran 2011/2012.

D.      Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, samapai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsini, 1998 : 64). Adapaun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah Pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme melalui tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa segitiga pada kelas VII B SMPN 13 Kota Bima tahun pelajaran 2011/2012.

E.       Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.         Untuk sekolah
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternative dalam mengatasi masalah pembelejaran terutama pembelajaran matematika materi pokok segitiga kelas VII B SMPN 13 kota Bima.
b.        Untuk Guru
Dapat memberikan masukan kepada guru-guru meningktakan kualitas dan system pengajaran.
c.         Untuk siswa
Dapat memberikan sumbangan kepada siswa dalam rangka meningkatkan motifasi belajar.
F.       Ruang Lingkup dan Keterbatasan Peneleitian
1.        Ruang lingkup penelitian
a.         Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan konstruktivisme dalam meningkatkan materi segitiga pada siswa kelas VII B SMPN 13 kota Bima tahun ajaran 2011/2012.
b.        Subjek penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII B SMPN 13 kota Bima tahun ajaran 2011/2012. Dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VII B memiliki nilai rata-rata ulangan pada materi pokok segitiga paling rendah, sehingga nilai akan mangalami kesulitan.
c.         Lokasi penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMPN 13 Kota Bima.
2.        Keterbatasan penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah pada amasalah pendekatan kontruktivisme dala upaya meningktakan aktivitas dan prestasi terhadapa hasil belajar siswa kelas VII B pada SMPN 13 Kota Bima pada materi pokok segitiga tahun ajaran 2011/2012.

G.      Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadi kekeliruan terhadap makna judul dala penelitian ini, perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1.        Pendekatan kontruktivisme melalui tutor sebaya.
Pada dasarnya pembelejaran kontruktivisme menitikberatkan pada guru yang memberikan stimulus-stimulus atau rangsangan-rangsangan dalam proses pembelajaran di kelas, sedangkan siswa mengkaji dan memahami apa yang telah diberika guru.
Pada penerapan kontruktivisme ini guru membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok, selanjutnya guru member topic permasalahan dan siswa mengembangkan, mengkaji, menelaah permasalahan tersebut serta mencarikan jalan keluarnya dengan menentukan teman sebaya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi menuntun temannya yang berkemampuan rendah. Setelah itu guru memberikan test untuk mengevaluasi kemampuan siswa melalui diskusi kelompok. Selama diskusi berlangsung guru memantau kerja tiap-tiap kelompok dan membimbing siswa yang menemui kesulitan.
2.        Aktivitas belajar
Ditinjau dari segi waktu, belajar merupakan pendewasaan individu, dalam rangka merefleksikan segala kebutuhan yang diperlukan,baik oleh pendidik maupun oleh siswa. Aktifitas belajar merupakan suatu proses social yang bisa berbentuk dorongan untuk bekerja sama, menggunakan keterampilan berbahasa, melibatan siswa dalam suasana alam yang sebenarnya, mendorong siswa untuk melakukan dialog dan komunikasi dengan guru dan sesame siswa. Belajar alam keterkaitanya dalam masalah-masalah lain  artinya belajar memiliki keterkaitan dengan segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan hidup.
3.        Hasil belajar
Prestasi belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa yaitu hasil test yang diberikan setelah penerapan pembelajaran kontruktivisme melalui tutor sebaya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Deskrpsi  Teoritis
1.        Hakekat Matematika
Matematika adalah salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berlangsung amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan demikian setiap upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan kuruikulum matematika sekolah perlu mempertimbangkan masa lalu serta kemungkinan masa depan.
Matematika yang dimaksud dalam hal ini adalah matematika yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian matematika yang dipilih guna siswa serta berpandu pada perkembangan IPTEK. Ini berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dengan ciri-ciri penting yang deduktif dan konsisten. “ Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aritmetika sosial, peluan dan statistik”. (DEPDIKNAS,2004:1)
Dalam kaitannya dengan pelajaran matematika terutama aritmetika sosial memerlukan analisa, sebab untuk menentukan suatu unsur yang ditentukan juga oleh bantuan unsur-unsur yang lain seperti metode, media dan kemampuan anak.
2.        Pengajaran Matematika
7
Sebelum dijelaskan tentang pengajaran, maka perlu diuraikan secara singkat tentang belajar. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seorang baru dapat dikatakan belajar apabila orang tersebut telah memperoleh hasil yang terjadinya perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku yang baik berupa perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, emosi dan sebagainya.
Kaitan dengan hal tersebut (Asri,2004) menurut teori behavioristik, belajar adalah “ perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon”. Pendapat lain mengatakan “ belajar adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. (Slameto,2003)
Dari beberapa pendapat diatas, terlihat adanya persamaan pandangan tentang belajar, bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan kebiasaan. “ Belajar matematika melibatkan suatu struktur dari konsep-konsep yang lebih tinggi tidak mungkin jika prasyarat yang mendasari konsep-konsep itu belum dipelajari” (Hudoyo,1979.)
Jadi belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjadi hubungan – hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Tujuan umum pengajaran matematiaka pada jenjang pendidikan menengah tersebut memberikan tekanan pada penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap siswa memberikan tekanan pada penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika. Sedangkan tujuan  matematika adalah :

1.        Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2.        Mengembangkan aktifitas yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran difergen, rasa ingin tau, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
3.        Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4.        Mengembang kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melallui pembicaraan lisan, grafik, peta diagram didalam menjelaskan gagasan.

B.       Pembelajaran Konstruktivisme
1.        Prinsip – Prinsip Dasar Konstruktivisme
Dalam teori kontruktifisme, siswa lebih diberi tempat ketimbang guru. Artinya dalam proses pembelajaran, siswa merupakan pusat pembelajaran (student center). Paandangan ini berangkat dari penelitian bahwa siswa pada hakikatnya terus menerus melakukan interaksi dengan benda-benda atau kejadian-kejadian, serta berhubungan dengan lingkungan sosial dan alam sekelilingnya. Dari hasil interaksi tersebut, mereka memperoleh pemahaman tertentu. Pemehaman-pemahaman tersebut selanjutnya dibangun sebagai pengetahuan yang tersimpan didalam otaknya.
Kontruktivisme menekankan bahwa mengetahui otonomi serta mendorong inisiatif siswa merupaka bagian yang sangat penting dilakukan oleh seorang pendidik. Siswa membangun pemahaman sendiri. Mereka bukan sebagai cermin dan mencerminkan apa yang dialakukan atau apa yang dibaca, melainkan siswa akan mencari dan mencoba menemukan aturan-aturan sendiri dan menyusun kasus yang terjadi didunia, bahkan tanpa bimbingan sekalipun.
2.        Siswa sebagai pusat Pembelajaran
a.         Pembelajaran yang dilakukan oleh seorang individu harus dilihat sebagai suatu proses. Prinsip ini menekan perlunya mengakui otonomi siswa dalam mendapatkan informasi pembelajaran.
b.        Motivasi adalah kunci dalam pembelajaran. Prinsip ini menekankan perlunya guru melakukan dorongan agar siswa selalu memiliki sikap ingin tahu, inisiatif dan menemukan.
c.         Meninjau pengalaman siswa sebagai sesuatu yang berperan penting dalam pembelajaran. Prinsip ini menekankan siswa selalu memiliki keyakinan, sikap dan pengetahuan yang telah ada dalam dirinya yang telah tersimpan dalam otaknya.
d.        Menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan proses kerja otak, prinsip ini menekankan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk memilih dan mentransformasikan informasi-informasi yang ada disekililing tempat hidupnya, dapat membangun dugaan-dugaan (hipotesis) dan mampu membuat pilihan-pilihan.
3.        Pengertian belajar dan Kontruktivisme
Ada empat hal yang perlu dierhatikan dalam prinsip konstruktivisme ini yaitu sebagai berikut :
a.         Ditinjau dari segi waktu, belajar merupakan pendewasaan indifidu, dalam rangka merefleksikan segala kebutuhan yang diperukan, baik oleh pendidik maupun oleh siswa.
b.        Fokus utama proses pembelajaran adalah adanya pemahaman dan kinerja atau hasil penampilan yang diharapkan dari siswa.
c.         Belajar merupakan suatu proses sosial yang bisa berbentuk dorongan untuk bekerja sama, menggunakan keterampilan berbahasa, melibatkan siswa dalam suasana alam yang sebenarnya, mendorong siswa untuk melakukan dialog dan komunikasi dengan guru dan sesama siswa.
d.        Belajar dalam keterkaitannya dengan masalah-masalah lain. Artinya, belajar memiliki keterkaitan dengan segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan hidup.
4.        Peranan guru sebagai pendidik
a.         Fasilitator, guru bertugas merencanakan dan mengorganissasikan proses pembelajaran dengan baik.
b.        Pembimbing (guide), guru bertugas melakukan bimbingan dan penyuluhan, memberikan arahan-arahan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran.
c.         Berpikir terbuka (open minded), guru diharapkan mampu mengakomadasikan segala cara untuk mencapai efetifitas pembelajaran.
d.        Pendukung (suporter). Guru diharapkan mampu memberikan saran, tantangan kreatifitas dan berpikir bebas.
e.         Mengikuti cara belajar indifidual, guru harus mampu memperhatikan kemungkinan, kekuatan,keperluan perasaan setiap siswa.
5.        Kontruktivisme dalam Pembelajaran
Dari prinsip-prnsip diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan proses sosial yang aktif. Lingkungan pembelajaran perlu dikondisikan agar memiliki situasi yang mampu membuat murid dapat menciptakan pengetahuannya melalui akrifitasnya sendiri baik fisik maupun mental.
Konstruktivisme menghendaki suatu proses pembelajaran seperti berikut ini :
a.         Belajar adalah suatu proses pencarian makna. Karena itu belajar harus dimuali dari hal-hal kecil yang berada disekitar siswa; siswa secara aktif mencoba memberikan makna pada hal-hal atau kejadian-kejadian yang terjadi disektarnya.
b.        Agar proses pembelajaran dapat berlangsung baik, guru harus mengerti model mental yang digunakan siswa untuk mengamati dunia dan mebuat asumsi untuk mendukung model mentalnya.
c.         Proses penilaian tidak hanya didasarkan pada unsur ingatan, melainkan harus didasarkan pada proses pembelajaran itu sendiri. Dalam konstruktivisme penilaian, adalah abagian ndari pembelajaran.
6.        Tahapan pembelajaran Kontruktivisme
Pengajaran dengan menggunakan model konstruktivisme ini dengan menggunakan tiga tahap, yaitu tahap eksplorasi, tahap pengenallan konsep dan tahap aplikasi konsep. Ketiga tahap inilah yang disebut dengan siklus belajar (learning cycle).
Tahap proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat diuraikan sebagai berikut :
a.         Apersepsi
Dalam apersepsi, pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa. Motivasilah siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa. Selain itu, siswa perlu mendorong agar tertarik mengetahui hal-hal yang baru.
b.        Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi, materi atau keterampilan baru diperkenalkan. Ketikan pengenalan materi baru tersebut dalam pengetahuan yang sudah ada pada siswa. Untuk itu carilah metedologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa dalamm materi baru tersebut.
c.         Konsolidasi pembelajaran
Pada tahap konsolidasi ini, libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru serta kegiatan problem solving. Letakkan penekanan pembelajaran pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan dilingkungan. Cari juga metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian pengetahuan siswa.
d.        Dalam membentuk sikap dan perilaku siswa, dorong siswa untuk menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, ajak siswa untuk membangun sikap dan perilaku yag baru dalam kehidupan sehari-hari erdasarkan pengertian yang sudah dipelajari. Disini perlu dicari metodologi yang paling tepat agar menjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa.
e.         Penilaian formatif
Dalam melakukan penilaian formatif, kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran siswa. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan siswa dalam masalah yang dihadapi guru. Untuk itu juga perlu dicari metodologi yang efektif yang sesuai denga tujuan yang ingin dicapai.

C.      Tinjauan Segitiga
Pengertian segitiga menurut harahap adlah bangun datar yang terbentuk dari tiga buah titik yang terletak pada garis lurus dan ketiga titik itu saling dihubungkan. Unsur-unsur yang terdapat dalam segitiga adalah sudut pada persegi panjang ABCD diptong melalui garis diagonal BD, maka menjadi dua buah segitiga siku-siku yang kongruen yaitu segitiga ABD dan Segitiga BCD. Jadi segitiga adalah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi lurus yang saling berpotongan.
1.        Jenis – Jenis Segitiga
a.         Jenis-jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya




            Gb. 1a                                                                       Gb. 1b

Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya,misalnya gambar berikut :
 





Gb. 1a. suatu gambar segitiga yang mempunyai dua sisi sama panjang disebut segitiga sama kaki
Gb. 2a. suatu gambar segitiga sisinya sama panjang disebut segitiga sama sisi.
b.        Jenis-jenis segitiga ditinjau dari sudut-sudutnya
Jenis segitiga juga dilihat dari besar sudut-sudutnya. Misalkan pada gambar berikut :







                Gb. 2a                                                   Gb. 2b                                                   Gb.2c




 






Sumber Gambar (Harahap,1998)
Gb. 2a suatu segitiga yang ketiga sudutnya lancip disebut segitiga lancip
Gb. 2b suatu segitiga yang salah satunya merupakan sudut siku-siku disebut segitiga siku-siku.
Gb. 2c. sebuah segitiga yang merupakan sudut tumpul disebut segitiga tumpul.
c.         Jenis-jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya
                Gb. 3a                                                   Gb. 3b                                                   Gb.3c




Jenis segitiga dapat ditinjau dari panjang sisinya dan besar sudut. Misalnya pada gambar berikut :






Sumber gambar (harahap,1998)


Gb. 3a segitiga lancip sama kaki
Ketiga sudutnya kurang dari 90 dan dua sisinya sama panjang.
Gb. 3b segitiga siku-siku sama kaki salah satu sudut besarnya 90 dan dua sisinya sama panjang
Gb. 3c. segitiga tumpul sama kaki yaitu salah satu sudutnya lebih dari 90 dan dua sisinya sama panjang.
2.        Melukis segitiga
a.         Melukis garis tinggi
          



                                                Gb.4
A
B
C
E
P
D
 






Cara :
1.        Buat busur segitiga dengan titik pusat di C hingga memotong garis AB didua Titik yaitu Titik P dan Q
2.        Buat busur segitiga dengan pusat P dan Q hingga berhubungan titik
3.        Hubungkan titik C dan D
4.        CE adalah garis Tinggi




b.       



                                                               

                                Gb. 5
A
C
D
B
Q
P
R
Melukis garis baru






Sumber gambar : DEPDIKNAS, 2004
Cara :
1.        Buat busur segitiga dengan pusat titik A hingga memotong garis didua Titik, yaitu titik P dan q
2.        Buat busur segitiga dengan pusat di P dan Q dan berpotongan di R
3.        Hubungkan titik A  dengan R hingga memotong Sisi BC di titik D
4.        AD merupakan garis Baris ke tiga
3.        Keliling Segitiga

                                                                5



                                                                4
3
Keliling segitiga adalah jumlah sisi segitiga itu. Perhatikan gambar berikut :






Sumber gambar (Depdiknas,2004)
Jika K menyatakan keliling segitiga,sedangkan A,B,C menyatakan panjang sisi-sisi segitiga maka keliling segitiga dapat dinyatakan : K= A+B+C = 3+4+5.
4.        Luas Segitiga
D
A
C
B
a
Yang dimaksud dengan luas segitiga adalah luas daerah segitiga, cara memperoleh rumus luas segitiga adalah dengan :

1
 



Sumber gambar : sudadi, dkk,2005
Luas segitiga siku-siku pada gambar diatas adalah diagonal BD memberi bujur sangkar ABCD menjadi dua bagian yang sama besar.
Luas segitiga ABD = ½ luas persegi panjang ABCD
Diamana panjang = alas segitiga dan lebar = tinggi segitiga
Maka L segitiga ABD = ½ p x 1 = ½ a x t.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Rancangan penelitian
1.        Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru/peneliti didalam kelas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat. Metode penelitian tindakan kelas ini menekankan pada suatu kajian yang benar-benar dari situasi.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dialaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat dan terdiri dari lima tahap kegiatan yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap evaluasi dan tahap refleksi.
Adapun tahapan masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
Siklus Pertama
a.        Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini,hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah :
ü  Menyusun rencana pembelajaran
ü  Menyusun skenario pembelajaran
ü  Membuat Lembar observasi
ü  Mendesain alat Evaluasi dan merencanakan hasil tes
b.        Tahap Pelaksanaan Tindakan
19
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
c.         Tahap Observasi
kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung  dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa.
d.        Tahap evaluasi
sedangkan evaluasi dilakukan dengan memberikan soal tes essay kepada siswa. Adapun yang menjaddi observor adalah guru bidang studi matematika di SMPN 13 kota bima.
e.         Tahap refleksi
hasil yang diperoleh dari observasi, wawancara dan hasil evaluasi belajar siswa dikumpulkan serta dianalisis, sehingga dari hasil tersebut guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi, yaitu : identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan dan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus Kedua
Siklus II dilakukan apabila pelajaran pada siklus I belum berahasil mencapai ketuntasan belajar dan proses belajar mengajar belum sesuai dengan paa yang diinginkan, sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II dilakukan perbaikan terhadap kekurangan pada siklus I.
Adapun rincian materi yang akkan dilaksanakan pada tiap siklus adalah sebagai berikut :



Tabel 3.1. data tindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus.
Siklus
Pertemuan
Materi
Waktu
(Menit)

I
I
1.      Pengertian segitiga
2.      Jenis-jenis segitiga
2 x 45
II
Sifat-sifat segitiga
2 x 45
III
Evaluasi siklus I
2 x 45

II

I
Menghitung besaran-besaran dalam segitiga
2 x 45

II
1.      Keliling segitiga
2.      Luas segitiga
2 x 45
III
Evaluasi siklus II
2 x 45

B.       Populasi dan sampel
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang poulasi, maka berikut ini akan ditemukan beberapa pendapat ahli. Populasi adalah semua nilai totalitas, semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran kualitatif daripada karakteristik sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.
Populasi yang digunakan adalah siswa kelas VII B SMPN 13 kota bima, dengan keseluruhan siswa sebanyak 248 orang terdiri dari 7 kelas.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dilain pihak dikatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas VII B SMPN 13 kota bima yang berjumlah 30 orang diambil 14%  dari jumlah populasi.

C.      Instrumen penelitian
Adapun Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Lembar observasi dibuat oleh peneliti atau orang yang melakukan observasi untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan guru dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
2.        Soal evaluasi
Instrumen ini disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada buku paket matematika kelas VII dan tes hasi belajar siswa terdiri dari 4 soal essay, yang diambil dari berbagai buku paket. Soal ini dibuat guna mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi yang telah disampaikan.

D.      Tekhnik Pengumpulan data
1.        Sumber data
Sumber data penelitian ini berasal dari siswa kelas VII  B SMPN 13 Kota Bima.
2.        Jenis data
a.         Data hasil belajar (Data kuantitatif)
Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang dicapai seorang individu setelah mengalami prose belajar dalam waktu tertentu. Prestasi belajar dinyatakan dengan nilai atau skor setelah mengerjakan suatu tugas atau test.
b.        Data hasil observasi (data kualitatif)
Proses belajar mengajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama jam pelajaran berlangsung, diamana pelaksanaan tindakannya dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dan guru. Siswa sebagai agen yang aktif dan guru sebagai fasilitator dan mediataor yang kreatif.


E.       Cara pengambilan data
Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah :
1.      Data hassil belajar diperoleh dengan cara memberikan test evaluasi atau ulangan pada siswa.
2.      Data tentang situasi belajar didapat dengan lembar observasi.

F.       Analisa data
Data hasil observasi :
1.        Data Aktifitas Guru
2.        Data Aktifitas Belajar Siswa
3.        Data prestasi Belajar Siswa
Data hasil pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis ketuntatasan belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai 65 keatas. Dengan rumus keetuntasan belajar adalah :
KK = x/z x 100%
Keterangan ;
KK      ; ketuntasan klasikal
X         ; banyak siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65
Z          : banyak siswa ikut tes
(Nasoetion,N. 1994).


24

 


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Penelitian
Penelitian tindaka kelas ini merupakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika, khususnya pada materi pokok segitiga siswa kelas VII SMPN 13 kota Bima dengan penerapan pembelajaran konstruktivisme melalui diskusi kelompok. Peneltian dilaksanakan dari tanggal 20 oktober sampai dengan taggal 20 desember 2011 yang terdiri dari 2 siklus. Data yang diperoleh ada 2 yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dapat dilihat dari data observasi yang dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi pada setiap akhir siklus, adapaun rincian pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat diuraikan dalam bagian-bagian berikut :
1.        Siklus  Pertama
a)        Perencanaan tindakan
Dalam tahap pelaksanaan siklus I proses belajar menagajar dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, dimana pelaksanaan pembelajaran  berlangsung dalam 2 x 45 menit dan evaluasi dilaksanakan.
Dalam tahap perencanaan tindakann ini hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan untuk siklus I yaitu :
1.        Membuat skenario pembelajaran siklus I (lampiran 3)
2.        Menyiapkann lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan guru siklus I (lampiran 7 dan lampiran 8)
3.        Menyiapkan lembar kerja siswa siklus I (lampiran 4)
4.       
24
Menyiapkan soal evaluasi siklus I (lampiran 9)
5.        Menyiapkan kunci jawaban alat evaluasi siklus I (lampiran 10)
b)        Pelaksanaan tindakan
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada sub materi pokok melukis segitiga. Peneliti bertindak sebagai pengajar dan dibantu oleh seorang observer.
Adapun pada awal kegiatan pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi serta motivasi pada siswa setelah itu siswa menempati tempat duduk sesuai dengan kelompoknya, guru kemudian membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan memberikan kesempatn kepada siswa untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya.
Selama diskusi berlangsung guru memantau kerja tiap-tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Saat diskusi berlangsung terlihat masih banyak siswa yang kutrang serius dalam menerima materi pelajaran dan kurang anntusias dalam mengerjakan soal-soal yang ada di lembar kerja siswa (LKS) yang telah disediakan., kerjasama siswa dalam kelompok masih sangat kurang, artinya dari masing-masing kelompok didominasi oleh siswa yang pintar-pintar saja dan pada akhir materi pembelajaran partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi masih kurang.
Selama melakukan diskusi guru memanggil perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan soal latihan yang telah dikerjakan di depan kelas, sedangkan kelompok lain diberikab tugas untuk menanggapi presentasi wakil kelompok  tersebut.
Setelah mengerjakan soal latihan, guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan dengan bahasanya sendiri dan memberikan latihan soal utnuk dikerjakan dirumah.
c)        Hasil observasi aktivitas siswa dan guru
Proses belajar mengajar dilakuka pada siklus pertama yaitu pada tanggal 29 dan 31 oktober 2011. Adapun hasil observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut :
1.        Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sudah cukup baik namun masih banyak siswa yang belum fokus pada pelajaran dan masih terpengaruh dengan situasi dilluar kelas.
2.        Interaksi siswa dengan guru masih kurang disebabkan siswa belum terbiasa dengan metode yang digunakan guru.
3.        Interaksi antara siswa masih kurang disebabkan siswa masih malu dan takut salah dalam merespon pertanyaan temannya
Adapun hasil observasi guru adalah sebagai berikut :
1.        Keterampilan guru masih kurang dalam mengelola kelas sehingga banyak siswa yang ribut sehingga mengganggu proses belajar mengajar.
2.        Guru kurang memotivasi siswa sehingga dalam proses belajar menagajar banyak siswa yang kurang antusias.
3.        Guru terlalu memberikan bimbingan kepada siswa sehingga siswa terlalu bergantung pada guru.



d)       Data hasil evaluasi belajar mengajar
Setelah proses pembelajaran dilakukan pada siklus I selesai maka dilakukan evaluasi yang di berikan dalam bentukl soal essay. Selanjutnya hasil analisis evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari table diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai adalah 77,14 %  dengan rata-rata 68,57. Prosentase ketuntasan ini belum mencapai ketuntasan klasikal sesuai dengan prosedur yang ada yaitu 85 % siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 65.
Tabel 4.1. data hasil evaluasi belajar siswa siklus I
Nilai tertinggi
90
Nilai terendah
45
Rata-rata
68,57
Jumlah siswa yang ikut tes
35
Jumlah siswa yang tuntas
27
Prosentase ketuntasan
77,14 %

e)        Refleksi 
Berdasarkan hasil penelitian siklus I, baik hasil evaluasi dalam hal penguasaan materi maupun hasil observasi proses belajar mengajar, indicator yang ditetapkan tidak tercapai dalam hal ini penerapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme belum dapat dilaksanakan secara optimal.
Oleh karena itu,refleksi dilakukan untuk menentukan kekurangan-kekurangan yang terjadi dan selanjutnya di adakaan perbaikan-perbaikan maupun penyempurnaan dalam pelaksanaaan siklus selanjutnya. Perbaikan-perbaikan tersebut adalah sebagai berikut;
a.    Guru harus memotifasi siswa untuk lebih berani mengeluarkan pendapatnya,jangan takut salah dan jika siswa mendapat kesulitan siswa jangan malu bertanya baik kepada teman dalam kelompok atau kepada guru.
b.    Guru harus mengulang kembali hal-hal yang penting dengan melakukan yang jawab kepada siswa sehingga sisw  a termotifasi dalam menyimpulkan materi yang telah di bahas dan mencatat hal yang penting pada buku catatannya.
c.    Siswa yang berkemampuan tinggi kurang mau bekerja sama dengan siswa berkemampuan rendah,dan bertanya kepada temannya yang berkemampuan lemah,untuk mengatasi masalah tersebut maka pada siklus ke II guru menentukan tutor sebaya untuk masing-masing kelompok,artinya siswa yang berkemampuan lebih mau membantu dan mengajari temannya yang belum bisa,guru menekankan kepada siswa kelompok yang di katakan berhasil apabila tiap-tiap kelompoknya mengerti atau bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.
d.   Guru harus menguasai situasi kelas sehingga dapat mengatasi siswa yang ribut sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
e.    Menguasai ketergantungan siswa kepada guru dengan meminta siswa untuk mempelajari materi berikutnya dan membaca perintah-perintah dalam LKS sebaik mungkin agar siswa lebih paham.




             
2.        Siklus Kedua
a.         Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus II sama dengan perencanaan tindakan siklus sebelumya,hanya materi yang dibahas pada siklus II ini adalah ketaksamaan segitiga dan sifat-sifat segitiga.
Adapun proses belajar mengajar dalam siklus II ini di laksanakan dalan 2 kali pertemuan dimana pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 2 x 45 menit dan evaluasi dilaksanakan.
 Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan peneliti dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Membuat skenario pembelajaran siklus II (lampiran 12)
2. Menyiapkan lembar observasi untuk mencatat aktifitas siswa dan guru siklus II     (lampiran 14 dan lampiran 15)
3. Menyiapkan lembar kerja siswa siklus II (lampiran 13)
4. Menyiapkan soal evaluasi  siklus II (lampiran 16)
5. Menyiapkan kunci jawaban soal evaluasi siklus  II (lampiran 17)
b.        Pelaksanaan Tindakan
 Pada tindakan ini, pembelajaran di tinjukan agar siswa dapat menemukan ketaksamaan segitiga dan sifat-sifat segitiga.proses pembelajaran pada siklus II ini dilakukan dengan memperhatikan masukan atau saran-saran dari refleksi siklus I,sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan terarah. Intinya  pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme sudah bisa dilakukan dengan baik. 

c.         Hasil Obserfasi Aktivitas Siswa dan Guru
Dari hasil observasi pada siklus II ini terlihat bahwa siswa telah bertindak sesuai dengan scenario pembelajaran telah ditetapkan. Guru telah maksimal membimbing dan memfasilitasi siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan secara merata serta memotivasi siswa dalam mengeluarkan pendapat serta menyimpulkan materi. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar siswa lebih aktif dan berprestasi lebih banyak. Perbaikan-perbaikan dilakukan berdasarkan pengalaman belajar siklus I sehingga guru terkesan lebih siap dalam menghadapi siswa. Berarti dalam proses belajar mengajar pada siklus II ini siswa dan guru telah melaksanakan kegiatan belajar dengan dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan konstruktivisme
Hasil pada siklus II ini aktivitas yang diperoleh siswa dalam proses belajar mengajar cukup baik. Pada siklus II ini aktivitas yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran kontruktivisme sudah aktif.
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme pada siklus II memang sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Namun mengingat ada beberapa siswa yang nilainya masih dibawah target maka perlu perhatian dan penanggulangan dari guru bidang studi yang bersangkutan, misalnya memberikan bimbingan belajar, bmbingan pribadi dan bimbingan social dengan masalah yang dihadapi siswa.




d.        Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa
Tabel 4.2. data hasil evaluasi belajar siswa siklus II
Nilai Tertinggi
90
Nilai terendah
60
Rata-rata
74,14
jumlah siswa yang ikut tes
35
jumlah siswa yang tuntas
32
Prosentase  ketuntasan
91,43 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercaoai adalah 91,43% dengan rata-rata 74,14. Dilihat dari evaluasi ternyata mencapai standar yang ditetapkan yaitu prosentase siswa mendapat nilai minimal 65 adalah 32 orang dan ini lebih dari 85%. Berdasarkan hasil tersebut ditetapkan bahwa tujuan pembelajaran tindakan siklus II sudah tercapai. Oleh karena itu tidak diperlukan lagi mengulang tindakan, dalam arti tindakan dapat dihentikan.

B.       Analisis Data
1.        Data hasil observasi
Dari data hasil observasi siklus II dirasakan siswa sudah mencapai ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 91.43%.  Adapun cara cara analisis data hasil evaluasi siklus II disajikan sebagai berikut:
a.       Hasil Analisis
1.      Perorangan
Jumlah siswa seluruhnya                     = 35
Jumlah siswa yang tuntas                    = 32
Jumlah siswa yang tidak tuntas          = 3
Keterangan :
2.      Ketuntasan klasikal
KK=
KK = Ketuntasan klasik
X   = Jumlah siswa yang tuntas
Z   = Banyak siswa yang ikut tes
Sesuai dengan teknis penilaian, kelas dikatan tuntas secara klasikal terhadap materi yang disajikan jika ketuntasan klasial mencapai 85 %
KK    =
KK    = 91,43 %
(Tuntas)
3.      Rata-rata kelas
R       =
R       = Rata-rata kelas
N       = Jumlah Nilai
n        = Jumlah siswa
R =
R = 74.14 %
b.      Keterangan
  1. Ketuntasan klasikal suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal bila ketuntasan mencapai 85 %
  2. Rata-rata kelas dikatakan tuntas apabila rata-rata perorangan siswa mencapai 65.
2.        Data aktifitas guru
Setiap indikator guru pada penelitian ini penilaiannya berdasarkan criteria sebagai berikut :
Tabel 4.3. data aktifitas guru
Kategori
Kriteria
BS (baik sekali)
B (baik)
C (cukup)
K (kurang)
Jika 3 (semua) deskriptor yang Nampak
Jika 2 (dua) deskriptor yang Nampak
Jika 1 (satu) deskriptor yang Nampak
Jika tidak ada deskriptor yang nampak
(Nurkencana, 2000)





3.        Data aktivitas belajar siswa
Setiap indicator perilaku siswa pada penlitian ini cara penskorannya berdasarkan aturan berikut :
Tabel 4.4 data aktifitas belajar siswa
Kategori
Kriteria
BS (Baik Sekali)
B (Baik)
C (Cukup)
K (Kurang)
SK (Sangat Kurang)
Jika 4 (semua) deskriptor yang nampak                
Jika 3 (tiga) deskriptor yang Nampak
Jika 2 (dua) deskriptor yang Nampak
Jika 1 (satu) deskriptor yang Nampak
Jika tidak ada deskriptor yang nampak
(Nurkencana, 2000)
4.        Data prestasi belajar siswa.
Data hasil pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai 65% keatas. Dengan rumus ketuntasan  belajar klasikal adalah
KK=  100%
Keterangan :
KK= keteuntasan klasikal
X= banyak siswa yang ikut tes
(Nasoetion, N.1994)
5.        Indikator kinerja.
Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah peingkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan ketuntasan sebagai berikut :
a.         Aktivitas belajar dikatakan meningkat apabila minimal berkategori baik dan mengalami peningkatan pada tiap siklus.
b.        Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila hasil prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu minimal 85% siswa mencapai nilai 65 keatas serta mengalami peningkatan siklus ke siklus.
C.      Pembahasan
Dari analisis data lembar observasi dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus 1  menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas 68,57 dengan prosentase ketuntasan sebesar 77,14% ini berarti pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan oleh kurikulum. Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada proses belajar-mengajar diantaranya yaitu kurang atunsias siswa adalah menerima matei pelajaran, siswa juga kurang berani dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya, kurangnya komunikasi dan kerja sama antar anggota kelompok selama diskusi serta guru juga kurang memotivasi siswa dan membimbing siswa yang benar-benar mengalami kesulitan dalam belajar atau dalam mengerjakan soal-soal dalam siklus sehinggaa jalanya diskusi kurang lancar dan siswa kurang siap menerima materi pelajaran karena masih banyak siswa yang kurang mengerti dan tidak mau bertanya tentang kesulitan yang dihadapi.
Hasil refleksi siklus 1 mengisyaratkan perbaikan-perbaikan tindaakan selanjutnya, adapun tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan  siklus 1 antara lain  guru harus lebih mengaktifkan siswa terutama dalam bertanya dan diskusi serta guru juga harus benar-benar membimbing kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal  dalam LKS secara merata tanpa memandang yang pintar dan yang bodoh.
Dalam hal ini dtekankan pera guru sebagai pembimbing dan sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar harus mampu melaksanakan dengan baik, harus memeberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya, agar siswa benar-benar mereka sendiri yang menemukannya. Disamping itu guru harus memantau dan mendatangi setiap kelompok supaya mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa, keaktifan siswa dalam kelompok. Dengan cara tersebut siswa merasa perhatikan dan termotivasi utuk mengetahui kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme benar-benar bisa dilaksanakan secara optimal dan sempurnah.
Dengan mengacu pada pealaman-pengalaman dan perlakuan siklus I maka dilaksanakan tindakan pada siklus II. Proses belajar mengajar pada siklus II  terlaksana dengan baik dari sebelumnya. Hal ini terbukti dengan tercapainya prosentase ketuntasan klasikal sampai 91,43% dimana dari 35 orang siswa yang ikut dalam proses belajar mengajar yang tuntas sebanyak 32 orang siswa. Ini menunjukkan bahwa prosentase klasikal yang ditetapkan dalam criteria keberhasilan penelitian ini tercapai.
Sedangkan hasil observasi pembelajarn siklus II  juga menunjukkan peningkatan. Dengan demikian pada siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat menuntaskan belajar siswa.
Dalam  proses balajar mengajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme terjadi perubahan-perubahan pada siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Perubahan yang terjadi pada siswa yaitu siswa lebih aktif dalam belajar serta lebih atunsias dalam mengikuti pelajaran, sedangkan perubahan yang terjadi pada guru yaitu guru lebih aktif dalam dalam memeberikan penjelsan atau pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme mmemiliki peranan mengajak siswa berperan aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa sehingga pemahaman tentang suatu konsep dapat diterima dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika pada materi pokok segitiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.








BAB V
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.        Dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme melalui diskusi kelompok dapat meningktakan aktivitas belajar siswa pada materi pokok segitiga siswa Kelas VII  SMPN 13 Kota Bima tahun pelajaran 2011/2012
2.        Dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme melalui diskusi kelompok dapat meningktakan hasil belajar siswa pada materi pokok segitiga kelas VII   SMPN 13 Kota Bima tahun pelajaran 2011/2012

B.       SARAN
1.        Dalam proses belajar mengajar hendaknya menggunakan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar siswa tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.
2.        Diharapkan kepada guru-guru matematika untuk menerapkan cara belajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme secara efektif karena akan memungkinkan siswa untuk lebih aktif didalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA


Asri budianingsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Rineka cipta.

Depdiknas, 2004. Model-model Pembelajaran Yang mempengaruhinya.  Jakarta,Rineka cipta.

Depdiknas, 2004. Pelajaran Matematika untuk Kelas VII. Jakarta.

Depdikbud,  1999 konstruktivisme dan aplikasinya dalam pembelajaran IPA.  Bandung

Hudoyo, 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika. Surabaya. Usaha Nasional.

Mulyasa, 2003. Manajemen Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya.Bandung.

Nasoetion,  N.   1994.  Evaluasi proses dan hasil belajar.  Jakarta,  Rineka Cipta.

Nurkencana,  1987 : evaluasi Pendidikan Usaha Nasional. Surabaya.

Setiawan,  A.  2002.  Gemilang plus matematika untuk kelas VII.  Semarang : Aneka Ilmu.
Slameto,  2005.  Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya.  Jakarta : Rineka cipta

Suharsimi arikunto.  1997.  Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.  Jakarta, Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto.  1996.  Prosedur penelitian. Jakarta, Rineka Cipta.

Wirodikromo, S. 2004. Matematika SMA kelas X. Jakarta Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar