PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat
mencantumkan bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah melakukan berbagai
upaya salah satunya adalah meningkatkan kualitas pendidikan lewat
pembaruan-pembaruan model pembelajaran. Model pembelajaran yang diharapkan
dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih efektif dan sesuai dengan
kehidupan nyata yang ada di masarakat saat ini.
Kurikulum mata pelajaran matematika
yang dikembangkan oleh departemen pendidikan nasional sekarang ini dapat
deisesuaikan berdasarkan keanekaragaman kondisi dan kebutuhan yang berkaitan
dengan potensi siswa maupun potensi lingkungan. Hal ini memberikan kesempatan
kepada guru untuk melakukan inovasi terhadapa pendekatan,model,metode maupun
tekhnik mengajar. Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan tersebut harus
dapat membangkitkan semangat belajar, dan motivasi belajar siswa, selain itu
juga harus mampu membuat siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar menagajar
(wirodipromo,2004).
1
|
Untuk itu dalam upaya memecahkan permasalahan
tersebut dapat dicari suatu solusi untuk meningktakan aktifitas dan prestasi
belajar siswa kelas VII B SMPN 13 kota Bima materi pokok segitiga, dengan
menerapkan pendekatan kontruktivis, hal ini didasarkan pada karakteristik
materi segitiga yang kajiannya bersifat abstrak namun banyak diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan
kontruktivis, serta kurikulum yang berlaku adalah KTSP dimana KTSP yang
dikembangkan mengarah kepada kontruktivisme.
Berdasarkan hasil observasi di SMPN
13 Kota Bima, guru-guru yang mengajar dibidang studi matematika telah banyak
menerapkan metode dan pendekatan pengajaran, mulai dari metode ceramah,
latihan, ekspositori dan demonstrasi. Begitu juga hanya dengan berbagai macam
pendekatan seperti pendekatan induktif, deduktif, spiral, dan pendekatan
keterampilan proses. Namun pelajaran matematika tetap menjadi pelajaran yang
membosankan, karena aktivitas yang hanya duduk, mendengar, mengerjakan soal dan
menulis apa yang dijelaskan guru.
Rendahnya prestasi belajar
matematika siswa kelas VII B tentunya dipengaruhi oleh banyak factor.
Diantaranya factor siswa yang mengalami masalah secara parsial dalam
matematika, hal ini dipengaruhi oleh factor internal siswa seperti kesiapan
siswa, minat,motifasi,intelejensi, kemapuan eksternal seperti model
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.
Salah satu pemikirian untuk
menangani persoalan tersebut adalah pandangan teori,psikologi koognitif yaitu
kontruktivisme. Teori ini berpandang bahwa pengetahuan anak/siswa sangat
berdampak pada proses pembelajaran.teori ini juga mengatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi yang kompleks mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai. Proses belajar akan lebih baik jika merevisinya, apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai dan proses belajar akan lebih baik jika
para siswa mengkontruksi sendri representasi dari apa yang dipelajari tersebut,
karena akan lebih mudah menemukan sendiri konsep yang terkandung dalam
representasinya tersebut.
Dengan demikian, mendorong peneliti
melakukan penelitian tentang penerapan pendekatan kontruktivisme dalam
meningkatkan aktifitas dan prestasi siswa pada materi pokok segitiga kelas VII
B SMPN 13 kota bima tahun pelajaran 2011/2012.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: Apakah pendekatan kontruktivisme
melalui tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas
VII B SMPN 13 Kota Bima pada materi pokok segitiga tahun peajaran 2011/2012?
C.
Tujuan
penelitian
Adapaun tujuan yang diharapkan
melalui penelitian ini adalah :Dengan penerapan pendekatan kontruktivisme
melalui tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII B SMPN 13
Kota BIma pada materi pokok segitiga tahun peljaran 2011/2012.
D.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, samapai terbukti melalui
data yang terkumpul (Suharsini, 1998 : 64). Adapaun hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah Pembelajaran dengan pendekatan
kontruktivisme melalui tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa segitiga pada kelas VII B SMPN 13 Kota Bima tahun pelajaran
2011/2012.
E.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a.
Untuk sekolah
Hasil penelitian ini dapat di
jadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan,
mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternative dalam
mengatasi masalah pembelejaran terutama pembelajaran matematika materi pokok
segitiga kelas VII B SMPN 13 kota Bima.
b.
Untuk Guru
Dapat memberikan masukan kepada
guru-guru meningktakan kualitas dan system pengajaran.
c.
Untuk siswa
Dapat memberikan sumbangan kepada
siswa dalam rangka meningkatkan motifasi belajar.
F.
Ruang
Lingkup dan Keterbatasan Peneleitian
1.
Ruang lingkup penelitian
a.
Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah
penerapan pendekatan konstruktivisme dalam meningkatkan materi segitiga pada
siswa kelas VII B SMPN 13 kota Bima tahun ajaran 2011/2012.
b.
Subjek penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII B SMPN 13 kota Bima tahun ajaran 2011/2012. Dengan
pertimbangan bahwa siswa kelas VII B memiliki nilai rata-rata ulangan pada
materi pokok segitiga paling rendah, sehingga nilai akan mangalami kesulitan.
c.
Lokasi penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan
di SMPN 13 Kota Bima.
2.
Keterbatasan penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah
pada amasalah pendekatan kontruktivisme dala upaya meningktakan aktivitas dan
prestasi terhadapa hasil belajar siswa kelas VII B pada SMPN 13 Kota Bima pada
materi pokok segitiga tahun ajaran 2011/2012.
G.
Definisi
Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadi
kekeliruan terhadap makna judul dala
penelitian ini, perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1.
Pendekatan kontruktivisme melalui tutor
sebaya.
Pada dasarnya pembelejaran
kontruktivisme menitikberatkan pada guru yang memberikan stimulus-stimulus atau
rangsangan-rangsangan dalam proses pembelajaran di kelas, sedangkan siswa
mengkaji dan memahami apa yang telah diberika guru.
Pada penerapan kontruktivisme ini
guru membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok, selanjutnya guru
member topic permasalahan dan siswa mengembangkan, mengkaji, menelaah
permasalahan tersebut serta mencarikan jalan keluarnya dengan menentukan teman
sebaya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi menuntun temannya yang berkemampuan
rendah. Setelah itu guru memberikan test untuk mengevaluasi kemampuan siswa
melalui diskusi kelompok. Selama diskusi berlangsung guru memantau kerja
tiap-tiap kelompok dan membimbing siswa yang menemui kesulitan.
2.
Aktivitas belajar
Ditinjau dari segi waktu, belajar
merupakan pendewasaan individu, dalam rangka merefleksikan segala kebutuhan
yang diperlukan,baik oleh pendidik maupun oleh siswa. Aktifitas belajar
merupakan suatu proses social yang bisa berbentuk dorongan untuk bekerja sama,
menggunakan keterampilan berbahasa, melibatan siswa dalam suasana alam yang
sebenarnya, mendorong siswa untuk melakukan dialog dan komunikasi dengan guru
dan sesame siswa. Belajar alam keterkaitanya dalam masalah-masalah lain artinya belajar memiliki keterkaitan dengan
segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan hidup.
3.
Hasil belajar
Prestasi belajar dapat dilihat dari
hasil belajar siswa yaitu hasil test yang diberikan setelah penerapan
pembelajaran kontruktivisme melalui tutor sebaya.
KAJIAN
PUSTAKA
A. Deskrpsi Teoritis
1.
Hakekat
Matematika
Matematika adalah salah satu ilmu dasar,
dewasa ini telah berlangsung amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan
demikian setiap upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan kuruikulum
matematika sekolah perlu mempertimbangkan masa lalu serta kemungkinan masa
depan.
Matematika yang dimaksud dalam hal ini
adalah matematika yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah. Matematika
sekolah tersebut terdiri atas bagian matematika yang dipilih guna siswa serta
berpandu pada perkembangan IPTEK. Ini berarti bahwa matematika sekolah tidak
dapat dipisahkan sama sekali dengan ciri-ciri penting yang deduktif dan
konsisten. “ Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aritmetika sosial, peluan
dan statistik”. (DEPDIKNAS,2004:1)
Dalam kaitannya dengan pelajaran
matematika terutama aritmetika sosial memerlukan analisa, sebab untuk
menentukan suatu unsur yang ditentukan juga oleh bantuan unsur-unsur yang lain
seperti metode, media dan kemampuan anak.
2.
Pengajaran
Matematika
7
|
Kaitan dengan hal tersebut (Asri,2004)
menurut teori behavioristik, belajar adalah “ perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon”. Pendapat lain
mengatakan “ belajar adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya”. (Slameto,2003)
Dari beberapa pendapat diatas, terlihat adanya
persamaan pandangan tentang belajar, bahwa belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan kebiasaan. “ Belajar matematika
melibatkan suatu struktur dari konsep-konsep yang lebih tinggi tidak mungkin
jika prasyarat yang mendasari konsep-konsep itu belum dipelajari”
(Hudoyo,1979.)
Jadi belajar matematika adalah belajar
tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam
materi yang dipelajari serta menjadi hubungan – hubungan antara konsep-konsep
dan struktur matematika. Tujuan umum pengajaran matematiaka pada jenjang
pendidikan menengah tersebut memberikan tekanan pada penataan nalar, dasar dan
pembentukan sikap siswa memberikan tekanan pada penataan nalar, dasar dan
pembentukan sikap siswa serta juga memberikan tekanan pada keterampilan dalam
penerapan matematika. Sedangkan tujuan
matematika adalah :
1.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan.
2.
Mengembangkan aktifitas yang melibatkan
imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran difergen, rasa
ingin tau, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
3.
Mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
4.
Mengembang kemampuan menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melallui pembicaraan
lisan, grafik, peta diagram didalam menjelaskan gagasan.
B. Pembelajaran Konstruktivisme
1.
Prinsip
– Prinsip Dasar Konstruktivisme
Dalam teori kontruktifisme, siswa lebih
diberi tempat ketimbang guru. Artinya dalam proses pembelajaran, siswa
merupakan pusat pembelajaran (student center). Paandangan ini berangkat dari
penelitian bahwa siswa pada hakikatnya terus menerus melakukan interaksi dengan
benda-benda atau kejadian-kejadian, serta berhubungan dengan lingkungan sosial
dan alam sekelilingnya. Dari hasil interaksi tersebut, mereka memperoleh
pemahaman tertentu. Pemehaman-pemahaman tersebut selanjutnya dibangun sebagai
pengetahuan yang tersimpan didalam otaknya.
Kontruktivisme menekankan bahwa
mengetahui otonomi serta mendorong inisiatif siswa merupaka bagian yang sangat
penting dilakukan oleh seorang pendidik. Siswa membangun pemahaman sendiri.
Mereka bukan sebagai cermin dan mencerminkan apa yang dialakukan atau apa yang
dibaca, melainkan siswa akan mencari dan mencoba menemukan aturan-aturan
sendiri dan menyusun kasus yang terjadi didunia, bahkan tanpa bimbingan
sekalipun.
2.
Siswa
sebagai pusat Pembelajaran
a.
Pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
individu harus dilihat sebagai suatu proses. Prinsip ini menekan perlunya
mengakui otonomi siswa dalam mendapatkan informasi pembelajaran.
b.
Motivasi adalah kunci dalam
pembelajaran. Prinsip ini menekankan perlunya guru melakukan dorongan agar
siswa selalu memiliki sikap ingin tahu, inisiatif dan menemukan.
c.
Meninjau pengalaman siswa sebagai
sesuatu yang berperan penting dalam pembelajaran. Prinsip ini menekankan siswa
selalu memiliki keyakinan, sikap dan pengetahuan yang telah ada dalam dirinya
yang telah tersimpan dalam otaknya.
d.
Menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan
proses kerja otak, prinsip ini menekankan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk
memilih dan mentransformasikan informasi-informasi yang ada disekililing tempat
hidupnya, dapat membangun dugaan-dugaan (hipotesis) dan mampu membuat
pilihan-pilihan.
3.
Pengertian
belajar dan Kontruktivisme
Ada empat hal yang perlu dierhatikan
dalam prinsip konstruktivisme ini yaitu sebagai berikut :
a.
Ditinjau dari segi waktu, belajar
merupakan pendewasaan indifidu, dalam rangka merefleksikan segala kebutuhan
yang diperukan, baik oleh pendidik maupun oleh siswa.
b.
Fokus utama proses pembelajaran adalah
adanya pemahaman dan kinerja atau hasil penampilan yang diharapkan dari siswa.
c.
Belajar merupakan suatu proses sosial
yang bisa berbentuk dorongan untuk bekerja sama, menggunakan keterampilan
berbahasa, melibatkan siswa dalam suasana alam yang sebenarnya, mendorong siswa
untuk melakukan dialog dan komunikasi dengan guru dan sesama siswa.
d.
Belajar dalam keterkaitannya dengan
masalah-masalah lain. Artinya, belajar memiliki keterkaitan dengan segala
sesuatu yang ada disekitar lingkungan hidup.
4.
Peranan
guru sebagai pendidik
a.
Fasilitator, guru bertugas merencanakan
dan mengorganissasikan proses pembelajaran dengan baik.
b.
Pembimbing (guide), guru bertugas
melakukan bimbingan dan penyuluhan, memberikan arahan-arahan untuk membantu
siswa dalam proses pembelajaran.
c.
Berpikir terbuka (open minded), guru
diharapkan mampu mengakomadasikan segala cara untuk mencapai efetifitas
pembelajaran.
d.
Pendukung (suporter). Guru diharapkan
mampu memberikan saran, tantangan kreatifitas dan berpikir bebas.
e.
Mengikuti cara belajar indifidual, guru
harus mampu memperhatikan kemungkinan, kekuatan,keperluan perasaan setiap
siswa.
5.
Kontruktivisme
dalam Pembelajaran
Dari prinsip-prnsip diatas dapat
dikatakan bahwa pembelajaran merupakan proses sosial yang aktif. Lingkungan
pembelajaran perlu dikondisikan agar memiliki situasi yang mampu membuat murid
dapat menciptakan pengetahuannya melalui akrifitasnya sendiri baik fisik maupun
mental.
Konstruktivisme menghendaki suatu proses
pembelajaran seperti berikut ini :
a.
Belajar adalah suatu proses pencarian
makna. Karena itu belajar harus dimuali dari hal-hal kecil yang berada
disekitar siswa; siswa secara aktif mencoba memberikan makna pada hal-hal atau
kejadian-kejadian yang terjadi disektarnya.
b.
Agar proses pembelajaran dapat
berlangsung baik, guru harus mengerti model mental yang digunakan siswa untuk
mengamati dunia dan mebuat asumsi untuk mendukung model mentalnya.
c.
Proses penilaian tidak hanya didasarkan
pada unsur ingatan, melainkan harus didasarkan pada proses pembelajaran itu
sendiri. Dalam konstruktivisme penilaian, adalah abagian ndari pembelajaran.
6.
Tahapan
pembelajaran Kontruktivisme
Pengajaran dengan
menggunakan model konstruktivisme ini dengan menggunakan tiga tahap, yaitu
tahap eksplorasi, tahap pengenallan konsep dan tahap aplikasi konsep. Ketiga
tahap inilah yang disebut dengan siklus belajar (learning cycle).
Tahap proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat diuraikan
sebagai berikut :
a.
Apersepsi
Dalam
apersepsi, pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa.
Motivasilah siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa. Selain
itu, siswa perlu mendorong agar tertarik mengetahui hal-hal yang baru.
b.
Eksplorasi
Pada
tahap eksplorasi, materi atau keterampilan baru diperkenalkan. Ketikan
pengenalan materi baru tersebut dalam pengetahuan yang sudah ada pada siswa.
Untuk itu carilah metedologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan
siswa dalamm materi baru tersebut.
c.
Konsolidasi pembelajaran
Pada
tahap konsolidasi ini, libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan
memahami materi ajaran baru serta kegiatan problem solving. Letakkan penekanan
pembelajaran pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru
dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan dilingkungan. Cari juga metodologi
yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian
pengetahuan siswa.
d.
Dalam membentuk sikap dan perilaku
siswa, dorong siswa untuk menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya, ajak siswa untuk membangun sikap dan perilaku yag
baru dalam kehidupan sehari-hari erdasarkan pengertian yang sudah dipelajari.
Disini perlu dicari metodologi yang paling tepat agar menjadi perubahan pada
sikap dan perilaku siswa.
e.
Penilaian formatif
Dalam
melakukan penilaian formatif, kembangkan cara-cara untuk menilai hasil
pembelajaran siswa. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan
atau kekurangan siswa dalam masalah yang dihadapi guru. Untuk itu juga perlu
dicari metodologi yang efektif yang sesuai denga tujuan yang ingin dicapai.
C. Tinjauan Segitiga
Pengertian segitiga menurut harahap
adlah bangun datar yang terbentuk dari tiga buah titik yang terletak pada garis
lurus dan ketiga titik itu saling dihubungkan. Unsur-unsur yang terdapat dalam
segitiga adalah sudut pada persegi panjang ABCD
diptong melalui garis diagonal BD, maka menjadi dua buah segitiga siku-siku
yang kongruen yaitu segitiga ABD dan Segitiga BCD. Jadi segitiga adalah bidang
datar yang dibatasi oleh tiga sisi lurus yang saling berpotongan.
1.
Jenis
– Jenis Segitiga
a.
Jenis-jenis segitiga ditinjau dari
panjang sisinya
Gb. 1a Gb.
1b
|
Gb.
1a. suatu gambar segitiga yang mempunyai dua sisi sama panjang disebut segitiga
sama kaki
Gb.
2a. suatu gambar segitiga sisinya sama panjang disebut segitiga sama sisi.
b.
Jenis-jenis segitiga ditinjau dari
sudut-sudutnya
Jenis
segitiga juga dilihat dari besar sudut-sudutnya. Misalkan pada gambar berikut :
Gb.
2a Gb.
2b Gb.2c
|
Sumber
Gambar (Harahap,1998)
Gb.
2a suatu segitiga yang ketiga sudutnya lancip disebut segitiga lancip
Gb.
2b suatu segitiga yang salah satunya merupakan sudut siku-siku disebut segitiga
siku-siku.
Gb.
2c. sebuah segitiga yang merupakan sudut tumpul disebut segitiga tumpul.
c.
Jenis-jenis segitiga ditinjau dari
panjang sisi dan besar sudutnya
Gb.
3a Gb.
3b Gb.3c
|
Sumber
gambar (harahap,1998)
Gb.
3a segitiga lancip sama kaki
Ketiga
sudutnya kurang dari 90 dan dua sisinya sama panjang.
Gb.
3b segitiga siku-siku sama kaki salah satu sudut besarnya 90 dan dua sisinya
sama panjang
Gb.
3c. segitiga tumpul sama kaki yaitu salah satu sudutnya lebih dari 90 dan dua
sisinya sama panjang.
2.
Melukis
segitiga
a.
Melukis garis tinggi
Gb.4
|
A
|
B
|
C
|
E
|
P
|
D
|
Cara :
1.
Buat busur segitiga dengan titik pusat
di C hingga memotong garis AB didua Titik yaitu Titik P dan Q
2.
Buat busur segitiga dengan pusat P dan Q
hingga berhubungan titik
3.
Hubungkan titik C dan D
4.
CE adalah garis Tinggi
b.
Gb.
5
|
A
|
C
|
D
|
B
|
Q
|
P
|
R
|
Sumber
gambar : DEPDIKNAS, 2004
Cara
:
1.
Buat busur segitiga dengan pusat titik A
hingga memotong garis didua Titik, yaitu titik P dan q
2.
Buat busur segitiga dengan pusat di P
dan Q dan berpotongan di R
3.
Hubungkan titik A dengan R hingga memotong Sisi BC di titik D
4.
AD merupakan garis Baris ke tiga
3.
Keliling
Segitiga
5
4
|
3
|
Sumber
gambar (Depdiknas,2004)
Jika
K menyatakan keliling segitiga,sedangkan A,B,C menyatakan panjang sisi-sisi
segitiga maka keliling segitiga dapat dinyatakan : K= A+B+C = 3+4+5.
4.
Luas
Segitiga
D
|
A
|
C
|
B
|
a
|
1
|
Sumber gambar :
sudadi, dkk,2005
Luas segitiga
siku-siku pada gambar diatas adalah diagonal BD memberi bujur sangkar ABCD
menjadi dua bagian yang sama besar.
Luas segitiga ABD = ½ luas persegi panjang ABCD
Diamana panjang = alas segitiga dan lebar = tinggi
segitiga
Maka L segitiga ABD = ½ p x 1 = ½ a x t.
METODE
PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru/peneliti didalam kelas, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat. Metode
penelitian tindakan kelas ini menekankan pada suatu kajian yang benar-benar
dari situasi.
Penelitian tindakan kelas ini
direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dialaksanakan sesuai dengan
skenario pembelajaran yang telah dibuat dan terdiri dari lima tahap kegiatan
yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap
evaluasi dan tahap refleksi.
Adapun tahapan masing-masing siklus
adalah sebagai berikut :
Siklus Pertama
a.
Tahap Perencanaan
Dalam
tahap ini,hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah :
ü Menyusun
rencana pembelajaran
ü Menyusun
skenario pembelajaran
ü Membuat
Lembar observasi
ü Mendesain
alat Evaluasi dan merencanakan hasil tes
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
19
|
c.
Tahap Observasi
kegiatan
observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati
kegiatan guru dan aktivitas siswa.
d.
Tahap evaluasi
sedangkan
evaluasi dilakukan dengan memberikan soal tes essay kepada siswa. Adapun yang
menjaddi observor adalah guru bidang studi matematika di SMPN 13 kota bima.
e.
Tahap refleksi
hasil
yang diperoleh dari observasi, wawancara dan hasil evaluasi belajar siswa
dikumpulkan serta dianalisis, sehingga dari hasil tersebut guru dapat
merefleksi diri dengan melihat data observasi, yaitu : identifikasi kekurangan,
analisis sebab kekurangan dan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus
Kedua
Siklus
II dilakukan apabila pelajaran pada siklus I belum berahasil mencapai
ketuntasan belajar dan proses belajar mengajar belum sesuai dengan paa yang
diinginkan, sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II pada
dasarnya sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II dilakukan perbaikan
terhadap kekurangan pada siklus I.
Adapun
rincian materi yang akkan dilaksanakan pada tiap siklus adalah sebagai berikut
:
Tabel 3.1. data
tindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus.
Siklus
|
Pertemuan
|
Materi
|
Waktu
(Menit)
|
I
|
I
|
1. Pengertian
segitiga
2. Jenis-jenis
segitiga
|
2 x 45
|
II
|
Sifat-sifat segitiga
|
2 x 45
|
|
III
|
Evaluasi siklus I
|
2 x 45
|
|
II
|
I
|
Menghitung
besaran-besaran dalam segitiga
|
2 x 45
|
II
|
1. Keliling
segitiga
2. Luas
segitiga
|
2 x 45
|
|
III
|
Evaluasi siklus II
|
2 x 45
|
B. Populasi dan sampel
Untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang poulasi, maka berikut ini akan ditemukan beberapa pendapat ahli.
Populasi adalah semua nilai totalitas, semua nilai baik hasil perhitungan
maupun pengukuran kualitatif daripada karakteristik sekumpulan objek yang
lengkap dan jelas.
Populasi yang digunakan adalah siswa
kelas VII B SMPN 13 kota bima, dengan keseluruhan siswa sebanyak 248 orang
terdiri dari 7 kelas.
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti dilain pihak dikatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam
penelitian adalah siswa kelas VII B SMPN 13 kota bima yang berjumlah 30 orang
diambil 14% dari jumlah populasi.
C. Instrumen penelitian
Adapun Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Lembar observasi dibuat oleh peneliti
atau orang yang melakukan observasi untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan
guru dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
2.
Soal evaluasi
Instrumen ini disusun oleh peneliti
dengan berpedoman pada buku paket matematika kelas VII dan tes hasi belajar
siswa terdiri dari 4 soal essay, yang diambil dari berbagai buku paket. Soal
ini dibuat guna mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi yang
telah disampaikan.
D. Tekhnik Pengumpulan data
1.
Sumber data
Sumber
data penelitian ini berasal dari siswa kelas VII B SMPN 13 Kota Bima.
2.
Jenis data
a.
Data hasil belajar (Data kuantitatif)
Prestasi belajar siswa merupakan hasil
yang dicapai seorang individu setelah mengalami prose belajar dalam waktu
tertentu. Prestasi belajar dinyatakan dengan nilai atau skor setelah
mengerjakan suatu tugas atau test.
b.
Data hasil observasi (data kualitatif)
Proses belajar mengajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama jam pelajaran berlangsung,
diamana pelaksanaan tindakannya dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dan
guru. Siswa sebagai agen yang aktif dan guru sebagai fasilitator dan mediataor
yang kreatif.
E. Cara pengambilan data
Cara pengambilan data dalam penelitian
ini adalah :
1.
Data hassil belajar diperoleh dengan
cara memberikan test evaluasi atau ulangan pada siswa.
2.
Data tentang situasi belajar didapat
dengan lembar observasi.
F. Analisa data
Data
hasil observasi :
1.
Data Aktifitas Guru
2.
Data Aktifitas Belajar Siswa
3.
Data prestasi Belajar Siswa
Data hasil pembelajaran dianalisis
dengan menggunakan analisis ketuntatasan belajar secara klasikal minimal 85%
dari jumlah siswa memperoleh nilai 65 keatas. Dengan rumus keetuntasan belajar
adalah :
KK = x/z x 100%
Keterangan
;
KK
; ketuntasan klasikal
X
; banyak siswa yang memperoleh
nilai lebih dari 65
Z : banyak siswa ikut tes
(Nasoetion,N.
1994).
24
|
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Penelitian tindaka kelas ini merupakan
untuk meningkatkan hasil belajar matematika, khususnya pada materi pokok
segitiga siswa kelas VII SMPN 13 kota Bima dengan penerapan pembelajaran
konstruktivisme melalui diskusi kelompok. Peneltian dilaksanakan dari tanggal
20 oktober sampai dengan taggal 20 desember 2011 yang terdiri dari 2 siklus.
Data yang diperoleh ada 2 yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif dapat dilihat dari data observasi yang dilaksanakan selama
pelaksanaan tindakan, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi
pada setiap akhir siklus, adapaun rincian pelaksanaan dan hasil penelitian ini
dapat diuraikan dalam bagian-bagian berikut :
1.
Siklus Pertama
a)
Perencanaan tindakan
Dalam tahap pelaksanaan siklus I proses
belajar menagajar dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, dimana pelaksanaan
pembelajaran berlangsung dalam 2 x 45
menit dan evaluasi dilaksanakan.
Dalam tahap perencanaan tindakann ini
hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan untuk siklus I
yaitu :
1.
Membuat skenario pembelajaran siklus I
(lampiran 3)
2.
Menyiapkann lembar observasi untuk
mencatat aktivitas siswa dan guru siklus I (lampiran 7 dan lampiran 8)
3.
Menyiapkan lembar kerja siswa siklus I (lampiran
4)
4.
24
|
5.
Menyiapkan kunci jawaban alat evaluasi
siklus I (lampiran 10)
b)
Pelaksanaan tindakan
Penelitian dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme pada sub materi pokok melukis segitiga.
Peneliti bertindak sebagai pengajar dan dibantu oleh seorang observer.
Adapun pada awal kegiatan pembelajaran
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi serta motivasi
pada siswa setelah itu siswa menempati tempat duduk sesuai dengan kelompoknya,
guru kemudian membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan memberikan
kesempatn kepada siswa untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya.
Selama diskusi berlangsung guru memantau
kerja tiap-tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Saat
diskusi berlangsung terlihat masih banyak siswa yang kutrang serius dalam
menerima materi pelajaran dan kurang anntusias dalam mengerjakan soal-soal yang
ada di lembar kerja siswa (LKS) yang telah disediakan., kerjasama siswa dalam
kelompok masih sangat kurang, artinya dari masing-masing kelompok didominasi
oleh siswa yang pintar-pintar saja dan pada akhir materi pembelajaran
partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi masih kurang.
Selama melakukan diskusi guru memanggil
perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan
soal latihan yang telah dikerjakan di depan kelas, sedangkan kelompok lain
diberikab tugas untuk menanggapi presentasi wakil kelompok tersebut.
Setelah mengerjakan soal latihan, guru
meminta siswa untuk membuat kesimpulan dengan bahasanya sendiri dan memberikan
latihan soal utnuk dikerjakan dirumah.
c)
Hasil observasi aktivitas siswa dan guru
Proses belajar mengajar dilakuka pada
siklus pertama yaitu pada tanggal 29 dan 31 oktober 2011. Adapun hasil
observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut :
1.
Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar sudah cukup baik namun masih banyak siswa yang belum fokus
pada pelajaran dan masih terpengaruh dengan situasi dilluar kelas.
2.
Interaksi siswa dengan guru masih kurang
disebabkan siswa belum terbiasa dengan metode yang digunakan guru.
3.
Interaksi antara siswa masih kurang
disebabkan siswa masih malu dan takut salah dalam merespon pertanyaan temannya
Adapun
hasil observasi guru adalah sebagai berikut :
1.
Keterampilan guru masih kurang dalam
mengelola kelas sehingga banyak siswa yang ribut sehingga mengganggu proses
belajar mengajar.
2.
Guru kurang memotivasi siswa sehingga
dalam proses belajar menagajar banyak siswa yang kurang antusias.
3.
Guru terlalu memberikan bimbingan kepada
siswa sehingga siswa terlalu bergantung pada guru.
d)
Data hasil evaluasi belajar mengajar
Setelah proses pembelajaran dilakukan
pada siklus I selesai maka dilakukan evaluasi yang di berikan dalam bentukl
soal essay. Selanjutnya hasil analisis evaluasi siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut :
Dari table diatas dapat dilihat bahwa
ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang tercapai adalah 77,14 % dengan rata-rata 68,57. Prosentase ketuntasan
ini belum mencapai ketuntasan klasikal sesuai dengan prosedur yang ada yaitu 85
% siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 65.
Tabel
4.1. data hasil evaluasi belajar siswa siklus I
Nilai tertinggi
|
90
|
Nilai terendah
|
45
|
Rata-rata
|
68,57
|
Jumlah siswa yang ikut tes
|
35
|
Jumlah siswa yang tuntas
|
27
|
Prosentase ketuntasan
|
77,14
%
|
e)
Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian siklus I,
baik hasil evaluasi dalam hal penguasaan materi maupun hasil observasi proses
belajar mengajar, indicator yang ditetapkan tidak tercapai dalam hal ini penerapan
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme belum dapat dilaksanakan secara
optimal.
Oleh karena itu,refleksi dilakukan untuk
menentukan kekurangan-kekurangan yang terjadi dan selanjutnya di adakaan
perbaikan-perbaikan maupun penyempurnaan dalam pelaksanaaan siklus selanjutnya.
Perbaikan-perbaikan tersebut adalah sebagai berikut;
a. Guru
harus memotifasi siswa untuk lebih berani mengeluarkan pendapatnya,jangan takut
salah dan jika siswa mendapat kesulitan siswa jangan malu bertanya baik kepada
teman dalam kelompok atau kepada guru.
b. Guru
harus mengulang kembali hal-hal yang penting dengan melakukan yang jawab kepada
siswa sehingga sisw a termotifasi dalam
menyimpulkan materi yang telah di bahas dan mencatat hal yang penting pada buku
catatannya.
c. Siswa
yang berkemampuan tinggi kurang mau bekerja sama dengan siswa berkemampuan
rendah,dan bertanya kepada temannya yang berkemampuan lemah,untuk mengatasi
masalah tersebut maka pada siklus ke II guru menentukan tutor sebaya untuk
masing-masing kelompok,artinya siswa yang berkemampuan lebih mau membantu dan
mengajari temannya yang belum bisa,guru menekankan kepada siswa kelompok yang
di katakan berhasil apabila tiap-tiap kelompoknya mengerti atau bisa menjawab
pertanyaan yang diberikan.
d. Guru
harus menguasai situasi kelas sehingga dapat mengatasi siswa yang ribut
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
e. Menguasai
ketergantungan siswa kepada guru dengan meminta siswa untuk mempelajari materi
berikutnya dan membaca perintah-perintah dalam LKS sebaik mungkin agar siswa
lebih paham.
2.
Siklus
Kedua
a.
Perencanaan Tindakan
Perencanaan
tindakan pada siklus II sama dengan perencanaan tindakan siklus sebelumya,hanya
materi yang dibahas pada siklus II ini adalah ketaksamaan segitiga dan
sifat-sifat segitiga.
Adapun
proses belajar mengajar dalam siklus II ini di laksanakan dalan 2 kali
pertemuan dimana pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 2 x 45 menit dan
evaluasi dilaksanakan.
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan
peneliti dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Membuat
skenario pembelajaran siklus II (lampiran 12)
2.
Menyiapkan lembar observasi untuk mencatat aktifitas siswa dan guru siklus II (lampiran 14 dan lampiran 15)
3. Menyiapkan
lembar kerja siswa siklus II (lampiran 13)
4. Menyiapkan
soal evaluasi siklus II (lampiran 16)
5. Menyiapkan
kunci jawaban soal evaluasi siklus II
(lampiran 17)
b.
Pelaksanaan Tindakan
Pada
tindakan ini, pembelajaran di tinjukan agar siswa dapat menemukan ketaksamaan
segitiga dan sifat-sifat segitiga.proses pembelajaran pada siklus II ini
dilakukan dengan memperhatikan masukan atau saran-saran dari refleksi siklus
I,sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan terarah. Intinya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontruktivisme sudah bisa dilakukan dengan baik.
c.
Hasil Obserfasi Aktivitas Siswa dan Guru
Dari hasil observasi pada siklus II ini
terlihat bahwa siswa telah bertindak sesuai dengan scenario pembelajaran telah
ditetapkan. Guru telah maksimal membimbing dan memfasilitasi siswa yang
benar-benar membutuhkan bimbingan secara merata serta memotivasi siswa dalam
mengeluarkan pendapat serta menyimpulkan materi. Dengan demikian dalam proses
belajar mengajar siswa lebih aktif dan berprestasi lebih banyak.
Perbaikan-perbaikan dilakukan berdasarkan pengalaman belajar siklus I sehingga
guru terkesan lebih siap dalam menghadapi siswa. Berarti dalam proses belajar
mengajar pada siklus II ini siswa dan guru telah melaksanakan kegiatan belajar
dengan dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan konstruktivisme
Hasil pada siklus II ini aktivitas yang
diperoleh siswa dalam proses belajar mengajar cukup baik. Pada siklus II ini
aktivitas yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran
kontruktivisme sudah aktif.
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan
kontruktivisme pada siklus II memang sudah dapat dilaksanakan dengan baik.
Namun mengingat ada beberapa siswa yang nilainya masih dibawah target maka
perlu perhatian dan penanggulangan dari guru bidang studi yang bersangkutan,
misalnya memberikan bimbingan belajar, bmbingan pribadi dan bimbingan social
dengan masalah yang dihadapi siswa.
d.
Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa
Tabel
4.2. data hasil evaluasi belajar siswa siklus II
Nilai
Tertinggi
|
90
|
Nilai
terendah
|
60
|
Rata-rata
|
74,14
|
jumlah
siswa yang ikut tes
|
35
|
jumlah
siswa yang tuntas
|
32
|
Prosentase
ketuntasan
|
91,43 %
|
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang
tercaoai adalah 91,43% dengan rata-rata 74,14. Dilihat dari evaluasi ternyata
mencapai standar yang ditetapkan yaitu prosentase siswa mendapat nilai minimal
65 adalah 32 orang dan ini lebih dari 85%. Berdasarkan hasil tersebut
ditetapkan bahwa tujuan pembelajaran tindakan siklus II sudah tercapai. Oleh
karena itu tidak diperlukan lagi mengulang tindakan, dalam arti tindakan dapat
dihentikan.
B.
Analisis
Data
1.
Data hasil observasi
Dari
data hasil observasi siklus II dirasakan siswa sudah mencapai ketuntasan hasil
belajar secara klasikal sebesar 91.43%.
Adapun cara cara analisis data hasil evaluasi siklus II disajikan
sebagai berikut:
a.
Hasil
Analisis
1.
Perorangan
Jumlah siswa seluruhnya =
35
Jumlah siswa yang tuntas =
32
Jumlah siswa yang tidak tuntas = 3
Keterangan :
2.
Ketuntasan
klasikal
KK=
KK = Ketuntasan klasik
X = Jumlah siswa
yang tuntas
Z = Banyak siswa
yang ikut tes
Sesuai dengan teknis penilaian, kelas dikatan tuntas
secara klasikal terhadap materi yang disajikan jika ketuntasan klasial mencapai
85 %
KK =
KK = 91,43 %
(Tuntas)
3.
Rata-rata
kelas
R =
R = Rata-rata
kelas
N = Jumlah
Nilai
n = Jumlah siswa
R =
R = 74.14 %
b.
Keterangan
- Ketuntasan
klasikal suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal bila
ketuntasan mencapai 85 %
- Rata-rata
kelas dikatakan tuntas apabila rata-rata perorangan siswa mencapai 65.
2.
Data aktifitas guru
Setiap
indikator guru pada penelitian ini penilaiannya berdasarkan criteria sebagai
berikut :
Tabel
4.3. data aktifitas guru
Kategori
|
Kriteria
|
BS (baik sekali)
B (baik)
C (cukup)
K (kurang)
|
Jika 3 (semua)
deskriptor yang Nampak
Jika 2 (dua) deskriptor
yang Nampak
Jika 1 (satu)
deskriptor yang Nampak
Jika tidak ada
deskriptor yang nampak
|
(Nurkencana, 2000)
3.
Data aktivitas belajar siswa
Setiap indicator perilaku siswa pada
penlitian ini cara penskorannya berdasarkan aturan berikut :
Tabel 4.4 data aktifitas belajar siswa
Kategori
|
Kriteria
|
BS (Baik Sekali)
B (Baik)
C (Cukup)
K (Kurang)
SK (Sangat Kurang)
|
Jika
4 (semua) deskriptor yang nampak
Jika
3 (tiga) deskriptor yang Nampak
Jika
2 (dua) deskriptor yang Nampak
Jika
1 (satu) deskriptor yang Nampak
Jika
tidak ada deskriptor yang nampak
|
(Nurkencana, 2000)
4.
Data prestasi belajar siswa.
Data hasil pembelajaran dianalisis
dengan menggunakan analisis ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85% dari
jumlah siswa memperoleh nilai 65% keatas. Dengan rumus ketuntasan belajar klasikal adalah
KK=
100%
Keterangan :
KK= keteuntasan klasikal
X= banyak siswa yang ikut tes
(Nasoetion, N.1994)
5.
Indikator kinerja.
Yang menjadi indikator keberhasilan
dalam penelitian tindakan ini adalah peingkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa
dengan ketuntasan sebagai berikut :
a.
Aktivitas belajar dikatakan meningkat
apabila minimal berkategori baik dan mengalami peningkatan pada tiap siklus.
b.
Prestasi belajar siswa dikatakan
meningkat apabila hasil prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal
yaitu minimal 85% siswa mencapai nilai 65 keatas serta mengalami peningkatan
siklus ke siklus.
C.
Pembahasan
Dari analisis data lembar observasi dan
evaluasi hasil belajar siswa pada siklus 1
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas 68,57 dengan prosentase
ketuntasan sebesar 77,14% ini berarti pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa
belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan oleh kurikulum. Hal ini disebabkan
karena adanya kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada proses
belajar-mengajar diantaranya yaitu kurang atunsias siswa adalah menerima matei
pelajaran, siswa juga kurang berani dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya,
kurangnya komunikasi dan kerja sama antar anggota kelompok selama diskusi serta
guru juga kurang memotivasi siswa dan membimbing siswa yang benar-benar
mengalami kesulitan dalam belajar atau dalam mengerjakan soal-soal dalam siklus
sehinggaa jalanya diskusi kurang lancar dan siswa kurang siap menerima materi
pelajaran karena masih banyak siswa yang kurang mengerti dan tidak mau bertanya
tentang kesulitan yang dihadapi.
Hasil refleksi siklus 1 mengisyaratkan
perbaikan-perbaikan tindaakan selanjutnya, adapun tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki kekurangan dan kelemahan
siklus 1 antara lain guru harus
lebih mengaktifkan siswa terutama dalam bertanya dan diskusi serta guru juga
harus benar-benar membimbing kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal dalam LKS secara
merata tanpa memandang yang pintar dan yang bodoh.
Dalam hal ini dtekankan pera guru
sebagai pembimbing dan sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar
harus mampu melaksanakan dengan baik, harus memeberikan kesempatan yang
maksimal kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya, agar siswa
benar-benar mereka sendiri yang menemukannya. Disamping itu guru harus memantau
dan mendatangi setiap kelompok supaya mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa,
keaktifan siswa dalam kelompok. Dengan cara tersebut siswa merasa perhatikan
dan termotivasi utuk mengetahui kegiatan pembelajaran sehingga proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme benar-benar bisa
dilaksanakan secara optimal dan sempurnah.
Dengan mengacu pada pealaman-pengalaman
dan perlakuan siklus I maka dilaksanakan tindakan pada siklus II. Proses
belajar mengajar pada siklus II
terlaksana dengan baik dari sebelumnya. Hal ini terbukti dengan
tercapainya prosentase ketuntasan klasikal sampai 91,43% dimana dari 35 orang
siswa yang ikut dalam proses belajar mengajar yang tuntas sebanyak 32 orang
siswa. Ini menunjukkan bahwa prosentase klasikal yang ditetapkan dalam criteria
keberhasilan penelitian ini tercapai.
Sedangkan hasil observasi pembelajarn
siklus II juga menunjukkan peningkatan.
Dengan demikian pada siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme dapat menuntaskan belajar siswa.
Dalam
proses balajar mengajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
terjadi perubahan-perubahan pada siswa dan guru pada saat pembelajaran
berlangsung. Perubahan yang terjadi pada siswa yaitu siswa lebih aktif dalam
belajar serta lebih atunsias dalam mengikuti pelajaran, sedangkan perubahan
yang terjadi pada guru yaitu guru lebih aktif dalam dalam memeberikan penjelsan
atau pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme mmemiliki peranan mengajak siswa berperan aktif dan melibatkan
segenap kemampuan yang dimiliki siswa sehingga pemahaman tentang suatu konsep
dapat diterima dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika pada materi
pokok segitiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Dengan menerapkan pendekatan
konstruktivisme melalui diskusi kelompok dapat meningktakan aktivitas belajar
siswa pada materi pokok segitiga siswa Kelas VII SMPN 13 Kota Bima tahun pelajaran 2011/2012
2.
Dengan menerapkan pendekatan
konstruktivisme melalui diskusi kelompok dapat meningktakan hasil belajar siswa
pada materi pokok segitiga kelas VII SMPN 13 Kota Bima tahun pelajaran 2011/2012
B.
SARAN
1.
Dalam proses belajar mengajar
hendaknya menggunakan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar
siswa tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.
2.
Diharapkan kepada guru-guru
matematika untuk menerapkan cara belajar dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme secara efektif karena akan memungkinkan siswa untuk lebih aktif
didalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Asri
budianingsih. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta, Rineka cipta.
Depdiknas,
2004. Model-model Pembelajaran Yang
mempengaruhinya. Jakarta,Rineka
cipta.
Depdiknas,
2004. Pelajaran Matematika untuk Kelas
VII. Jakarta.
Depdikbud, 1999 konstruktivisme
dan aplikasinya dalam pembelajaran IPA.
Bandung
Hudoyo,
1979. Pengembangan Kurikulum Matematika.
Surabaya. Usaha Nasional.
Mulyasa,
2003. Manajemen Berbasis Kompetensi.
Remaja Rosdakarya.Bandung.
Nasoetion, N.
1994. Evaluasi proses dan hasil belajar. Jakarta,
Rineka Cipta.
Nurkencana, 1987 : evaluasi
Pendidikan Usaha Nasional. Surabaya.
Setiawan, A.
2002. Gemilang plus matematika untuk kelas VII. Semarang : Aneka Ilmu.
Slameto, 2005. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka cipta
Suharsimi
arikunto. 1997. Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta, Rineka Cipta.
Suharsimi
Arikunto. 1996. Prosedur
penelitian. Jakarta, Rineka Cipta.
Wirodikromo,
S. 2004. Matematika SMA kelas X. Jakarta
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar